Junjungan Mulia
Tercipta satu lembaran sejarah
Di tanah suci Kota Mekah
Hari yang mulia penuh syahadah
Bermulalah sebuah kisah
Malam isnin subuh yang indah
Dua belas rabiul'awal yang cerah
Dua puluh april tahun gajah
Lahirlah zuriat dan syahadah
Abdullah nama bapanya
Siti Aminah ibunya
Riang gembira menyambutnya
Lahirnya putra yang utama
Muhammad nama diberi
Gelaran yang terpuji
Nikmat Illahi sama disyukuri
Terima putra yang berbakti
Keadaan yatim anak mulia
Lahirnya bawa cahaya
Alam derita jadi gembira
Terima junjungan mulia
Sumbangan Koleksi Sri Arjuna
Nyanyian- Al-Mizan
Sempena Maulidur Rasul ini, saya kongsi satu artikel daripada blog saudara Wan Muhd Ali B. Wan Ahmad Affandi (WanWmaBlog) : http://wanwma.com/blog/motivasi-diri/air-mata-rasulullah.html
Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut
Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu,Rasulullah dengan suara terbatas memberikan Khutbah,
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya.
"Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur’an dan Sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,”keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
”Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,”kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.”Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan! di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Di akhir tinta...saya ucapkan:
TEMA: Wahdah Pemangkin Khaira Ummah.
Semoga yang baik itu datangnya daripada Allah S.W.T dan yang buruk itu datangnya daripada kelemahan diri ini jua..
Nurhuda_cahayapetunjuk
11 Rabiulawal 1430H /8 Mac 2009
8 ulasan:
Salam Huda..
Selamat menyambut maulidur rasul..
waalaikummussalam..
Kak Tirana..
Salam Maulidur Rasul jua buat akak sekeluarga..;)
salam maulid Rasul... cinta Rasul bererti cinta ummah..
salam maulidur rasul jua buat ustaz...
semoga cinta kita kepada Rasulullah S.A.W kekal hingga ke akhirnya..:)
Salam...
Semoga kita terus menerus menyayangi Rasulullah SAW...
waalaikummussalam...
InsyaAllah..semoga cinta pada Rasulullah S.A.W kekal abadi selamanya..
Selawat & Salam ke atas baginda Rasullullah s.a.w.... Pengorbanan baginda tak ternilai....
Kak Sasha
Marilah sama-sama kita seniasa berselawat ke atas junjungan mulia, Rasulullah S.A.W..:)
Catat Ulasan